Selasa, 19 November 2019

Cinta di Pompeii


Judul Buku    : Love in Pompeii
Penulis           : Indah Hanaco
Penerbit         : Gramedia
Tahun terbit   : 2016
Tebal             : 235 halaman
ISBN             : 978-602-03-3452-3

Sudah beberapa kali saya membaca novel karya Indah Hanaco. Novelnya kebanyakan romance, walaupun sebenarnya Indah adalah seorang penulis multigenre, karena saya pernah membaca karyanya yang berupa kisah inspiratif pengalaman mualaf. Jika membaca biodatanya, selain dua genre itu Indah juga menulis genre lainnya, walau sepertinya sekarang ia lebih sering menulis kisah romance-young adult.



Love in Pompeii, selanjutnya disebut LiP, berkisah tentang Gladys, seorang perempuan muda muslim asal Indonesia yang harus hijrah ke London menyembunyikan aib. Ia hamil di luar nikah dan pacarnya tidak bersedia bertanggungjawab. Akhirnya ia ke London hingga melahirkan. Di London, Gladys tinggal bertiga dengan Lulu anaknya, dan Herra tantenya.Gladys juga bekerja sebagai fashion designer di Monarchi, sebuah merek busana milik tantenya yang lain, Tante Rosie.

Kisah dimulai ketika Gladys memiliki tetangga baru yaitu Callum, seorang pembalap. Gladys mengajak Lulu mengantarkan apple pie sebagai ucapan selamat datang untuk tetangga barunya. Ternyata perkenalan pertama itu merupakan pembuka pada jalinan hubungan yang lebih serius antara Gladys dan Callum. Lulu adalah tokoh utama yang membuat Gladys dan Callum dekat, karena Lulu langsung akrab dengan Callum dan Callum juga jatuh sayang pada anak kecil yang lucu itu.

Dari hubungan yang akrab sebagai tetangga, hubungan Gladys dan Callum menjadi serius ketika mereka berlibur bersama ke Pompeii. Di Pompeiilah Gladys menyadari bahwa ia menyukai Callum lebih dari sekadar sebagai seorang tetangga yang baik. Hal ini membuat Gladys justru ragu dan galau apalagi mengingat statusnya sebagai single mother dan latar belakang keimanan yang berbeda dengan Callum.

Kisah masih cenderung datar-datar saja sampai di sini walaupun beberapa kali terdapat insiden yang membuat Gladys atau Callum merasa cemburu satu sama lain. Cerita mulai terasa konfliknya ketika mantan pacar Gladys atau bapaknya Lulu, tiba-tiba datang. Noah namanya. Noah ingin kembali merajut asa bersama Gladys dan Lulu, tapi Gladys sudah tidak ada respect sama sekali dengan mantannya itu. Ternyata Tante Rosielah yang menghubungkan Noah dengan Gladys. Gladys marah dengan Tante Rosie, namun tantenya itu justru mengejutkannya dengan membuka rahasia keluarga yang sudah lama ditutup-tutupi mengenai Gladys. Gladys terluka dan ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia membawa Lulu.

Endingnya…tentu bahagia seperti sudah diduga. Di acara pernikahan kakak Gladys, Callum datang bersama keluarga besarnya. Gladys pun bahagia karena sudah mendapatkan kepastian bahwa Callum mencintainya sepenuh hati. Rahasia keluarga yang membuat Gladys terluka pun, sudah dengan lapang dada diterima oleh Gladys.

Bagaimana mengenai latar belakang keimanan? Emangnya Callum bersedia menjadi muslim? Indah sudah menyiapkan jalan keluar dengan tokoh Alec, kembaran Callum. Jadi di awal cerita sudah ada kisah bahwa Callum tidak begitu akur dengan kembarannya. Nah si kembaran ini kebetulan menikah dengan seorang muslimah dan tentu saja sebelumnya dia masuk Islam. Hubungan Callum dengan Gladys seolah menjadi salah satu jalan utama penyambung hubungan Callum dengan saudara kembarnya, bahkan di akhir cerita saat Callum menjumpai Gladys, saudara kembarnya pun ikut hadir. So, endingnya bahagia dan aman.

Minggu, 17 November 2019

Petualangan Gara-Gara Ngambek


Judul Buku    : Teka-Teki Warisan Kakek
Penulis           : Rokhmat Gioramadhita
Penerbit         : Indiva Media Kreasi
Tahun terbit   : 2019
Tebal             : 120 halaman
Harga            : Rp37.000,00
ISBN             : 978-602-495-084-2



Kenapa sih judul resensi ini "Petualangan Gara-Gara Ngambek?" Hehehe, jadi begini ceritanya. Ara, tokoh cerita dalam buku ini, ngambek karena dimarahi mamanya. Dia kesal juga karena diskors dari sekolah. Lho, apakah Ara anak nakal? Bukan, sih. Ara hanya seorang anak yang tomboy dan suka main sepak bola. Saat naas, bola yang ia tendang memecahkan kaca sekolah. Masalahnya, dia sudah tiga kali mecahin kaca, jadi hukuman yang ketiga ini adalah SKORS! Weeeh, agak lebay juga ya hukumannya. Tapi kalau saya sih demen bisa leyeh-leyeh di rumah, nggak perlu bangun pagi-pagi harus cepat mandi dan berangkat sekolah. Ya, nggak?

Ngambeknya Ara membuat dia diam-diam pergi naik kereta ke Purwokerto. Wiiih, jangan dicontoh ya, adik-adik! Masak ngambek trus minggat. Ntar kalau ketemu orang jahat gimana? Kalau ketemu penculik njuk piyeee? Tapi untunglah Ara tidak ketemu penculik. Dari Purwokerto, dia naik bus ke Purbalingga, ke rumah neneknya. Fiuh, untung nyampe juga ya!

Nenek Ara hanya tinggal seorang diri di rumah besar miliknya, sejak Kakek meninggal. Kalau siang, ada anak perempuan yang datang membantu nenek. Namanya Wulan. Selain Wulan, juga ada Paman Beno yang membantu nenek.

Di rumah nenek, ternyata Ara yang memang cerdas, berhasil memecahkan misteri kamar terkunci. Ara berhasil membuka gembok di pintu kamar dengan serangkaian angka sandi. Nenek bilang di dalam kamar itu ada harta warisan kakek, namun di dalam kamar itu hanya ada peralatan dalang. Saat kamar terbuka, terbuka pula topeng yang selama ini dipakai Paman Beno. Bukan topeng betulan, maksudnya ternyata selama ini Paman Beno hanya berpura-pura baik pada nenek. Padahal dia mengincar harta warisan yang ada dalam kamar. Makanya ia memaksa nenek dan Ara untuk menunjukkan harta tersebut. Padahal tidak ada harta apapun. Warisan dari kakek ya peralatan dalang dan gamelan yang sebenarnya beliau ingin untuk diteruskan oleh anak laki-lakinya yaitu Papa Ara.

Kisah berakhir dengan manis saat Papa dan Mama Ara datang menjemput. Masa skors sudah habis. Ara harus kembali bersekolah. Mengalami serangkaian petualangan membuat Ara berjanji pada diri sendiri untuk menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya.

Nah, begitu ceritanya. Oiya, selain berpetualang memecahkan misteri warisan kakek, Ara juga sempat jalan-jalan mengunjungi rumah masa kecil Jenderal Sudirman, lho! Rumah tersebut menjadi salah satu obyek wisata sejarah di Purbalingga. Ara pergi ke sana bersama Wulan, anak yang biasa membantu nenek di rumah. Ara senang sekali di Purbalingga. Ini yang namanya SKORS berbuah manis. Tapi ... jangan lantas ketagihan diskors, ya, Ara!**