Kamis, 09 Januari 2020

Delapan Buku Yang Saya Resensi 2019

Tahun lalu, yaitu tahun 2019, saya membuat resolusi akan meresensi semua buku yang saya baca tahun itu. Setelah berusaha meluangkan waktu, ternyata buku yang berhasil saya resensi ada delapan buku. Padahal yang dibaca lebih dari itu. Bagaimanapun juga saya tetap mengapresiasi diri sendiri, hehe, atas keberhasilan meresensi delapan buku ini. Ke delapan buku yang saya resensi sepanjang Tahun 2019 itu adalah sebagai berikut:

1. Mozaic of Haramain karya Etyastari Soeharto
2. Kana di Negeri Kiwi karya Rosemary Kesauly
3. 35 Buku Paling Inspiratif Pilihan Sam Edy karya S.E.Y
4. Kisah Lezat dari Lezatika karya Fadillah Tea
5. Kisah Cinta Soekarno karya Octavia Pramono
6. Teka-teki Warisan Kakek karya Rochmat Gioramaditha
7. Love in Pompeii karya Indah Hanaco
8. Lola, The Loading Lama Girl karya Dian K

Nah, kalau tertarik membacanya, coba saja buka-buka blog saya ini, ya? Tahun 2020 ini saya masih akan meresensi buku yang saya baca. Target saya 12 buku saja. Naik 4 buku dari tahun sebelumnya. Semoga terealisir, ya.


Gambar dari pixabay

Sabtu, 14 Desember 2019

Yang renyah untuk akhir pekan

Judul Buku : Lola, The Loading Lama Girl
Penulis        : Dian K
Penerbit      : Bhuana Ilmu Populer
Tahun terbit: 2018
ISBN          : 978-602-455-250-3
Tebal halaman: 171 halaman

Sebenarnya sudah sejak era-era terbitnya dulu, saya tertarik buku ini. Judulnya: "Lola, The Loading
Lama Girl". Tertarik karena menduga bahwa buku ini konyol habis. Lha judulnya aja memang sudah lucu duluan, ya. Ditambah yang ngarang adalah maestro penulis buku anak, walau lebih sering nulis dalam bentuk picbook. Nah si Lola ini bentuknya macam novel atau apa nggak jelas juga, tapi lebih mendekati novel pokoknya. Saya bilang ga jelas bentuknya, karena dalam buku ini ada ilustrasi yang menjelaskan atau menambahi materi pada suatu bab. Kalau novel murni kan, tanpa gambar, ya?
Begitu sih menurut pemahaman hamba yang cetek ilmu ini.

Jadi, tokoh utama dalam buku ini tentu saja Lola, 11 tahun, yang harus pindah sekolah menuruti keinginan orangtuanya. Papa Lola sukses dalam bisnisnya, sehingga merasa Lola harus sekolah di sekolah semi internasional. Kisah di buku ini tentu saja menceritakan seputar kelucuan Lola selama bersekolah di sekolah barunya. Tepatnya kelucuan karena ke-lola-annya. Selain Lola, juga ada tokoh papa Lola, mama Lola, nenek Lola, dan mbok Yem, ART di rumah Lola, yang semuanya lucu-lucu.

Salah satu contoh ceritanya adalah saat Lola bertemu dengan wali kelasnya, Miss Natalie (halaman 29). Lola heran melihat perut Miss Natalie besar, lalu ia bertanya Miss Natalie sarapan apa sehingga perutnya besar? Miss Natalie menjelaskan bahwa isi perutnya bukan makanan melainkan bayi. Lola langsung ngeri pucat. Hmm, dia pikir Miss Natalie habis makan bayi. Hadeew, Lola, Lola.

Suatu saat Lola mendapat undangan pesta ulang tahun temannya di sebuah resto (halaman 133). Pas mau makan, dia pengen kentut tapi nggak enak dengan teman-temannya yang sedang makan. Akhirnya dia ke kamar mandi, tapi di kamar mandi dia juga tidak berani kentut. Akhirnya dia keluar ke taman dan kentut di sana. Pas dia lagi di taman, ada temannya dan temannya ini bertanya. Malu-malu Lola mengaku kalau habis kentut. Lho kenapa tidak kentut di kamar mandi, tanya temannya. Kata Lola, di kamar mandi ada larangan membuang gas. Ternyata setelah temannya mengecek, yang dilihat Lola adalah tanda larangan merokok. Hadeeew, Lola.

Oh iya, walaupun buku ini menceritakan tentang seorang anak usia SD, tapi saya kurang yakin buku ini sesuai untuk dibaca anak SD. Ada kisah yang menceritakan saat Lola bertanya kepada mamanya, apa itu sex? (halaman 137). Mamanya kaget lalu menjelaskan dengan hati-hati bahwa sex adalah suatu proses prokreasi dan rekreasi bagi manusia, dan hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang telah menikah. Lola bilang, tempatnya nggak cukup untuk menulis jawaban sepanjang itu. Usut punya usut Lola lagi ngisi biodata jenis kelamin yang bahasa Inggrisnya adalah sex.

"Ooh, sex yang itu artinya jenis kelamin," jawab mama Lola.
"Kalau sex yang tadi itu apa, Ma? Kok sex adalah rekreasi, jadi sex sama dengan piknik, dong?"

Mamanya Lola bingung mau jawab apa. Ai, ai, ai ... bingunglah saya juga kalau entar anak saya baca bagian itu lalu bertanya-tanya, hahaha.

Anyway, menurut saya, buku ini sangat menghibur dan ringan. Renyah, krenyes-krenyes. Dikemas dengan cantik. Hurufnya mudah dibaca, dan ada ilustrasi semacam komik yang membuat buku ini semakin segar. Cocok masuk kantong belanjaan untuk bacaan di akhir pekan.





Selasa, 19 November 2019

Cinta di Pompeii


Judul Buku    : Love in Pompeii
Penulis           : Indah Hanaco
Penerbit         : Gramedia
Tahun terbit   : 2016
Tebal             : 235 halaman
ISBN             : 978-602-03-3452-3

Sudah beberapa kali saya membaca novel karya Indah Hanaco. Novelnya kebanyakan romance, walaupun sebenarnya Indah adalah seorang penulis multigenre, karena saya pernah membaca karyanya yang berupa kisah inspiratif pengalaman mualaf. Jika membaca biodatanya, selain dua genre itu Indah juga menulis genre lainnya, walau sepertinya sekarang ia lebih sering menulis kisah romance-young adult.



Love in Pompeii, selanjutnya disebut LiP, berkisah tentang Gladys, seorang perempuan muda muslim asal Indonesia yang harus hijrah ke London menyembunyikan aib. Ia hamil di luar nikah dan pacarnya tidak bersedia bertanggungjawab. Akhirnya ia ke London hingga melahirkan. Di London, Gladys tinggal bertiga dengan Lulu anaknya, dan Herra tantenya.Gladys juga bekerja sebagai fashion designer di Monarchi, sebuah merek busana milik tantenya yang lain, Tante Rosie.

Kisah dimulai ketika Gladys memiliki tetangga baru yaitu Callum, seorang pembalap. Gladys mengajak Lulu mengantarkan apple pie sebagai ucapan selamat datang untuk tetangga barunya. Ternyata perkenalan pertama itu merupakan pembuka pada jalinan hubungan yang lebih serius antara Gladys dan Callum. Lulu adalah tokoh utama yang membuat Gladys dan Callum dekat, karena Lulu langsung akrab dengan Callum dan Callum juga jatuh sayang pada anak kecil yang lucu itu.

Dari hubungan yang akrab sebagai tetangga, hubungan Gladys dan Callum menjadi serius ketika mereka berlibur bersama ke Pompeii. Di Pompeiilah Gladys menyadari bahwa ia menyukai Callum lebih dari sekadar sebagai seorang tetangga yang baik. Hal ini membuat Gladys justru ragu dan galau apalagi mengingat statusnya sebagai single mother dan latar belakang keimanan yang berbeda dengan Callum.

Kisah masih cenderung datar-datar saja sampai di sini walaupun beberapa kali terdapat insiden yang membuat Gladys atau Callum merasa cemburu satu sama lain. Cerita mulai terasa konfliknya ketika mantan pacar Gladys atau bapaknya Lulu, tiba-tiba datang. Noah namanya. Noah ingin kembali merajut asa bersama Gladys dan Lulu, tapi Gladys sudah tidak ada respect sama sekali dengan mantannya itu. Ternyata Tante Rosielah yang menghubungkan Noah dengan Gladys. Gladys marah dengan Tante Rosie, namun tantenya itu justru mengejutkannya dengan membuka rahasia keluarga yang sudah lama ditutup-tutupi mengenai Gladys. Gladys terluka dan ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia membawa Lulu.

Endingnya…tentu bahagia seperti sudah diduga. Di acara pernikahan kakak Gladys, Callum datang bersama keluarga besarnya. Gladys pun bahagia karena sudah mendapatkan kepastian bahwa Callum mencintainya sepenuh hati. Rahasia keluarga yang membuat Gladys terluka pun, sudah dengan lapang dada diterima oleh Gladys.

Bagaimana mengenai latar belakang keimanan? Emangnya Callum bersedia menjadi muslim? Indah sudah menyiapkan jalan keluar dengan tokoh Alec, kembaran Callum. Jadi di awal cerita sudah ada kisah bahwa Callum tidak begitu akur dengan kembarannya. Nah si kembaran ini kebetulan menikah dengan seorang muslimah dan tentu saja sebelumnya dia masuk Islam. Hubungan Callum dengan Gladys seolah menjadi salah satu jalan utama penyambung hubungan Callum dengan saudara kembarnya, bahkan di akhir cerita saat Callum menjumpai Gladys, saudara kembarnya pun ikut hadir. So, endingnya bahagia dan aman.

Minggu, 17 November 2019

Petualangan Gara-Gara Ngambek


Judul Buku    : Teka-Teki Warisan Kakek
Penulis           : Rokhmat Gioramadhita
Penerbit         : Indiva Media Kreasi
Tahun terbit   : 2019
Tebal             : 120 halaman
Harga            : Rp37.000,00
ISBN             : 978-602-495-084-2



Kenapa sih judul resensi ini "Petualangan Gara-Gara Ngambek?" Hehehe, jadi begini ceritanya. Ara, tokoh cerita dalam buku ini, ngambek karena dimarahi mamanya. Dia kesal juga karena diskors dari sekolah. Lho, apakah Ara anak nakal? Bukan, sih. Ara hanya seorang anak yang tomboy dan suka main sepak bola. Saat naas, bola yang ia tendang memecahkan kaca sekolah. Masalahnya, dia sudah tiga kali mecahin kaca, jadi hukuman yang ketiga ini adalah SKORS! Weeeh, agak lebay juga ya hukumannya. Tapi kalau saya sih demen bisa leyeh-leyeh di rumah, nggak perlu bangun pagi-pagi harus cepat mandi dan berangkat sekolah. Ya, nggak?

Ngambeknya Ara membuat dia diam-diam pergi naik kereta ke Purwokerto. Wiiih, jangan dicontoh ya, adik-adik! Masak ngambek trus minggat. Ntar kalau ketemu orang jahat gimana? Kalau ketemu penculik njuk piyeee? Tapi untunglah Ara tidak ketemu penculik. Dari Purwokerto, dia naik bus ke Purbalingga, ke rumah neneknya. Fiuh, untung nyampe juga ya!

Nenek Ara hanya tinggal seorang diri di rumah besar miliknya, sejak Kakek meninggal. Kalau siang, ada anak perempuan yang datang membantu nenek. Namanya Wulan. Selain Wulan, juga ada Paman Beno yang membantu nenek.

Di rumah nenek, ternyata Ara yang memang cerdas, berhasil memecahkan misteri kamar terkunci. Ara berhasil membuka gembok di pintu kamar dengan serangkaian angka sandi. Nenek bilang di dalam kamar itu ada harta warisan kakek, namun di dalam kamar itu hanya ada peralatan dalang. Saat kamar terbuka, terbuka pula topeng yang selama ini dipakai Paman Beno. Bukan topeng betulan, maksudnya ternyata selama ini Paman Beno hanya berpura-pura baik pada nenek. Padahal dia mengincar harta warisan yang ada dalam kamar. Makanya ia memaksa nenek dan Ara untuk menunjukkan harta tersebut. Padahal tidak ada harta apapun. Warisan dari kakek ya peralatan dalang dan gamelan yang sebenarnya beliau ingin untuk diteruskan oleh anak laki-lakinya yaitu Papa Ara.

Kisah berakhir dengan manis saat Papa dan Mama Ara datang menjemput. Masa skors sudah habis. Ara harus kembali bersekolah. Mengalami serangkaian petualangan membuat Ara berjanji pada diri sendiri untuk menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya.

Nah, begitu ceritanya. Oiya, selain berpetualang memecahkan misteri warisan kakek, Ara juga sempat jalan-jalan mengunjungi rumah masa kecil Jenderal Sudirman, lho! Rumah tersebut menjadi salah satu obyek wisata sejarah di Purbalingga. Ara pergi ke sana bersama Wulan, anak yang biasa membantu nenek di rumah. Ara senang sekali di Purbalingga. Ini yang namanya SKORS berbuah manis. Tapi ... jangan lantas ketagihan diskors, ya, Ara!**


Kamis, 26 September 2019

Soekarno dan Para Wanita yang dicintainya




Judul Buku    : Kisah Cinta Soekarno
                        Kebahagiaan dan Konflik Batin Sang Presiden
Penulis           : Octavia Pramono
Penerbit        : Araska Publisher
Tahun terbit   : Mei 2018
Tebal            : 207 halaman
ISBN             : 978-602-5805-07-3

Sebagai orang nomor satu di Indonesia pada zamannya, Presiden Soekarno mempunyai banyak sisi yang menarik untuk diulas dalam sebuah buku. Tak dapat dipungkiri bahwa beliau adalah presiden yang paling berjasa untuk negeri ini. Tanpa beliau, tak akan ada ceritanya Indonesia dapat berdiri menjadi negara yang berdaulat hampir 74 tahun lamanya.


Di samping kecerdasan, kepiawaian berorasi, dan perjuangan beliau menuju kemerdekaan Indonesia, hal yang menjadi kontroversi dan sering dibicarakan orang tentang Soekarno adalah wanita-wanita di sekelilingnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Soekarno memiliki istri lebih dari satu, dan beberapa pernah diceraikan oleh beliau. Tercatat ada 9 orang wanita yang secara resmi pernah menjadi istri Soekarno (halaman 90). Ke sembilan wanita tersebut adalah Siti Oetari Tjokroaminoto, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Naoko Nemoto (Ratna Sari Dewi), Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar. Di samping ke sembilan wanita tersebut, penulis meyakini ada nama-nama lain yang pernah singgah di hati Soekarno, walau tidak sempat dinikahi. Hal ini mungkin saja mengingat Soekarno pernah berkata:

Aku menyukai gadis-gadis yang menarik di sekelilingku, karena gadis-gadis ini bagiku tak ubahnya seperti kembang yang sedang mekar dan aku senang memandangi kembang (halaman 32).

Dalam buku ini, Octavia Pramono menulis dengan gaya khasnya yang lincah, segar dan mengalir. Penulis tak segan-segan mengungkapkan opini pribadinya terhadap tokoh Soekarno dalam buku ini. Namun gaya ceplas-ceplos penulis ini tak mengurangi rasa haru di beberapa capture bab dalam buku ini, terutama di bagian saat Soekarno bercerai dengan Inggit Ganarsih dan saat Soekarno wafat.
Sebelum membahas satu persatu istri Soekarno, penulis buku ini mencoba menelisik jejak petualangan Soekarno sebagai laki-laki saat beliau masih menjadi seorang pemuda belasan tahun yang bersekolah di sekolah milik Belanda (halaman 44). Saat itu, Soekarno sudah menampakkan kecemerlangannya sebagai pelajar. Meskipun ia ‘hanya’ seorang pribumi yang secara derajat dianggap lebih rendah dari murid lain yang Belanda asli, namun prestasi akademiknya sangat bagus dan guru-gurunya yang asli Belanda tak segan-segan memujinya terang-terangan (halaman 48). Namun kekecewaan harus ditelan oleh Soekarno ketika perlakuan diskriminatif harus ia terima. Nilai ‘resmi’nya tetap ditulis lebih rendah daripada nilai ‘resmi’ teman-temannya hanya karena ia seorang pribumi.

Kekecewaan Soekarno akhirnya dapat ia atasi ketika ia menerima kekaguman dari teman-teman wanitanya, para noni Belanda. Itulah awal petualangan cinta Soekarno bersama teman-teman sekolahnya. Tercatat ada nama Rika Meelhuysen, Pauline Gobee, Laura Raat, dan Mien Hessels, pernah singgah di hati Soekarno (halaman 55). Puncak cinta remajanya adalah ketika dengan penuh keberanian Soekarno menghadap papi Mien Hessels, untuk meminang noni cantik tersebut. Kala itu usia Soekarno 18 tahun. Respons dari papi Mien membuat Soekarno merasa terhina, dan sejak itulah ia tidak lagi jatuh hati pada noni Belanda dan lebih memilih wanita pribumi. Demikian tanggapan tuan Hessels saat itu:

Kamu! Inlander kotor seperti kamu. Berani-beraninya kamu mendekati anakku. Keluar! Kamu binatang kotor, keluar! (halaman 57).

Demikianlah episode cinta yang harus dijalani Soekarno di masa ABG. Setelah itu, Soekarno melanjutkan sekolah ke sekolah menengah dan harus indekos di rumah HOS Tjokroaminoto. Di sini ia berkenalan dengan Siti Oetari, lalu menjadikannya istri pertama. Pernikahannya dengan Siti Oetari tak berlangsung lama. Soekarno kemudian tertarik kepada Inggit Ganarsih. Inggit Ganarsih merupakan istri Soekarno yang menunjukkan pengabdiannya yang tulus dengan mengikuti Soekarno ke pengasingan.

Saat di pengasingan, Soekarno berkenalan dengan Fatmawati dan bermaksud menikah dengan gadis itu. Soekarno tidak bermaksud menceraikan Inggit, namun Inggit sendiri yang meminta diceraikan. Kemudian Fatmawati inilah yang akhirnya menjadi first lady dan mendampingi saat Soekarno dilantik sebagai presiden pertama Republik Indonesia. Pada masa pernikahan dengan Fatmawati, Soekarno tertarik pada Hartini dan kemudian menikahinya. Fatmawati kemudian pergi dari istana tanpa pernah bercerai secara resmi. Hartinilah yang mendampingi Soekarno hingga akhir hayatnya. Namun demikian Hartini bukanlah satu-satunya yang mengisi hati Soekarno, karena pada masa pernikahannya dengan Soekarno, suaminya itu menjalani pernikahan antara lain dengan Naoko Nemoto, Haryati, Yurike, Kartini, dan Heldy Djafar.

Kelemahan hati Soekarno terhadap kecantikan wanita, saat itu tidak terlalu menimbulkan kehebohan. Hanya satu kejadian pernah tercatat yaitu protes dari aktivis perempuan saat beliau hendak menikahi Hartini (halaman 99). Mungkin jika Soekarno hidup di zaman millennial ini, hujatan terhadap perbuatannya akan lebih mengerikan. Satu yang dicatat dan digarisbawahi penulis dalam buku ini, Soekarno sama sekali bukan buaya darat atau penjahat kelamin. Beliau selalu secara jantan mengakui kedekatannya dengan wanita-wanita. Walaupun kemudian bercerai dengan beberapa wanita dalam hidupnya, ia selalu memperlakukan mereka dengan penuh cinta. Setiap wanita yang dekat dengan dirinya selalu ia puja dengan kata-kata manis.


Demikianlah Soekarno dengan segala kontroversinya. Sejatinya, beliau adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan. Di balik keterlibatannya dengan beberapa wanita, tetap saja kita tidak dapat memungkiri jasa beliau sebagai perintis kemerdekaan bangsa. Bahkan, para istrinya sudah memberikan semangat dan dorongan pada semua sepak terjang Soekarno pada masa lalu. Yang bisa kita lakukan sekarang bukan menghujatnya namun mendoakan yang terbaik.

Senin, 22 April 2019

Berkenalan Dengan Ratu Cenil dan Raja Semar Mendem dari Kerajaan Lezatika






Judul               : Kisah Lezat dari Lezatika
Penulis             : Fadillah Tea
Penerbit           : Grasindo
Tahun terbit     : 2019
Tebal               : 92 halaman
ISBN               : 978-602-05-1438-3


Review buku kali ini mencoba mengulik sebuah buku anak yang sangat menarik berjudul "Kisah Lezat dari Lezatika."
Pasar buku anak di Indonesia, setiap tahunnya dibanjiri dengan buku-buku baik dari penulis lokal, maupun buku-buku import. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Salah satu pertimbangan orangtua membelikan buku untuk anak, tentunya buku yang mengandung nilai-nilai positif dan membuat anak yang membaca menjadi lebih baik. Kekuatan buku anak karya penulis lokal, adalah adanya muatan nilai budaya Indonesia di dalamnya.
Salah satu buku anak terbaru yang bermuatan budaya lokal, adalah buku berjudul “Kisah Lezat dari Lezatika”. Buku ini mengangkat aneka ragam makanan tradisional yang mungkin kini sering tergantikan dengan aneka pizza dan burger. Coba tengok tokoh dalam buku ini. Ada Ratu Cenil, Raja Semar Mendem, Pangeran Onde, Putri Putu Ayu, dan lain sebagainya (halaman 2). Cenil, Semar Mendem, Onde-Onde, dan Putu Ayu, adalah nama-nama jajanan pasar yang dulu biasa menjadi camilan anak-anak zaman old, atau mereka yang sekarang ini telah menjadi orangtua. Selain keempat jajanan tersebut,  masih ada 19 jenis makanan lain yang menjadi tokoh cerita dalam buku ini. Ada Misro, Combro, Peuyeum, Lindri, Cucur, dan lain-lain.
Buku ini terdiri dari tujuh cerita/dongeng yang menceritakan tentang Kerajaan Lezatika. Dongeng yang pertama mengisahkan serangan pasukan semut dari Kerajaan Rangrang. Berkat Ratu Cenil yang hobi membaca, pasukan semut dapat diusir dari Kerajaan Lezatika (halaman 11). Ratu Cenil pernah membaca kalau semut takut air. Maka, rakyat dan prajurit Kerajaan Lezatika menggali parit di sekitar istana untuk melindungi istana dari pasukan semut. Para semut langsung kabur!
Kisah yang kedua menceritakan Festival Tapioka di Lezatika. Di sini adik-adik bisa berkenalan dengan keluarga Tapioka yaitu Pak Singkong, Misro, Comro, dan Lindri. Dan ada bonusnya resep membuat peuyeum, atau tapai singkong. Kisah-kisah di Lezatika juga mengajari adik-adik mengatur jadwal kegiatan dalam sehari (halaman 39), cara agar tidak mudah lupa seperti Pak Papeda (halaman 58), dan memelihara persahabatan dengan baik seperti yang dilakukan Laklak dan Bendu. Semua nama-nama yang disebutkan di atas, adalah jenis makanan, lho. Jika belum kenal dengan nama-nama itu, tenang saja. Dalam buku ini dijelaskan asal, bentuk, dan bahan pembuat makanan tersebut. Kalau masih bingung, minta ayah atau ibu menemani adik-adik ke pasar tradisional untuk membeli kue-kue tersebut, ya?
Selain mengenal berbagai jenis makanan tradisional, buku ini juga dilengkapi lembar aktivitas seperti mewarnai, menggunting, dan menempel. Sediakan pensil warnamu, dan warnai berbagai jenis makanan yang ada, sesuai dengan imajinasimu. Nah, segera dapatkan bukunya di toko terdekat. Jangan sampai kehabisan, ya.

Inspirasi Belajar Mereview Buku Langsung dari Ahlinya




Judul               : 35 Buku Paling Inspiratif Pilihan Sam Edy
Penulis             : Sam Edy Yuswanto
Penerbit           : CV. Pasific Press
Tahun terbit     : 2018
Tebal               : 156 halaman
ISBN               : 978-623-7012-00-9
    
           Pada beberapa berita mengenai minat baca di Indonesia, kita sering disadarkan oleh fakta bahwa minat baca di Indonesia sangat rendah. Posisi Indonesia menempati urutan ke 60 dari 61 negara yang disurvei. Posisi ini masih di bawah Thailand sebagai negara tetangga kita.
            
            Rendahnya minat baca dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah masih banyaknya orang yang menganggap kegiatan membaca adalah kegiatan yang membuang-buang waktu, tidak ada gunanya, dan bukan kegiatan yang produktif.

            Anggapan itu tentunya 100% tidak benar. Dengan membaca, kita justru memanfaatkan waktu luang dengan baik. Membaca juga banyak gunanya terutama dalam hal membuka wawasan dan menambah pengetahuan kita tentang banyak hal. Dan, siapa bilang membaca bukan kegiatan produktif? Sam Edy membuktikan bahwa membaca justru merupakan kegiatan produktif dan dapat menghasilkan profit. Membaca juga merupakan kegiatan menginspirasi, jika si pembaca membagikan hasil bacaannya dalam bentuk review.

            Sam Edy merupakan penulis review buku yang karyanya tersebar di banyak media. Dalam buku ini, ia menampilkan 35 buku yang pernah direview di media massa. Dari 35 buku tersebut, 15 buku berupa buku motivasi umum; 11 buku berupa buku motivasi islami; 7 buah buku fiksi baik berupa novel, kumpulan cerpen maupun kumpulan puisi; serta 2 buku merupakan buku travelling. Semua merupakan review terpilih yang inspiratif sesuai judul buku ini.
            Salah satu buku motivasi yang direview dalam buku ini adalah buku berjudul “Mau Minum Obat Seumur Hidup?” karya Dr. Hong Joon Chun (hal 74). Buku ini menguraikan bagaimana menyembuhkan penyakit dengan mengikuti alam. Dalam mengatasi berbagai macam penyakit, Dr Hong memberikan 3 metode berurutan yaitu makan sayuran mentah, berpuasa, dan detoksifikasi. Ketiga metode ini bertujuan membersihkan darah agar menjadi bersih dan mengalir dengan lancar. Ketika darah kita bersih, maka berbagai penyakit akan hilang dan tubuh menjadi sehat. Buku motivasi kesehatan ini tentu sangat menginspirasi apalagi disebutkan dalam review bahwa metode alami yang digunakan Dr. Hong sudah terbukti dapat mengobati seorang wanita dengan berbagai keluhan medis yang tak kunjung sembuh sebelumnya.
            Buku motivasi islami yang reviewnya di media massa terpilih untuk dimuat dalam buku ini adalah buku “Tafsir Al Qur’an di Medsos” karya Prof. H. Nadirsyah Hosen, PhD (hal 129). Dikatakan Prof. Nadirsyah dalam bukunya bahwa pada era modern seperti sekarang ini, masyarakat dimudahkan dengan mempelajari agama melalui media sosial. Disebutkan bahwa mempelajari agama di media sosial belumlah cukup. Agar tidak mendapatkan pemahaman yang setengah-setengah, kita tetap membutuhkan guru untuk menjelaskan ilmu agama secara langsung.
            Review buku fiksi yang dianggap inspiratif sehingga masuk dalam 35 review dalam buku ini adalah buku “Write Me His Story” karya Ary Nilandari (hal 61). Buku ini dianggap inspiratif karena bercerita mengenai persahabatan di antara tiga remaja. Pesan pentingnya pun ada yaitu agar remaja tidak buang sampah sembarangan, dan agar remaja melakukan hal-hal positif untuk mengisi waktu luangnya seperti yang dilakukan Hya, salah satu tokoh dalam buku ini. Hya rajin mendatangi sanggar tunanetra dan melakukan aksi sosial di sana membacakan buku cerita serta mendongeng untuk anak-anak tunanetra di sana.
            Buku travelling yang direview, mempunyai judul sangat menarik yaitu “69 Cara Travelling Gratis”, karya Trinity dan Yasmin (hal 146). Siapa sih yang tidak suka travelling apalagi gratisan? Rupanya travelling gratisan bisa didapatkan dari jalur hobby dan profesi. Hobby atau profesi sebagai vlogger, youtuber, penerbitan, motivator, MC, pramugari, selebgram, dll dapat mengantarkan seseorang travelling tanpa biaya.
            Review buku sejatinya ditulis agar orang tertarik membaca buku dimaksud, sehingga tentunya berisi hal-hal menarik dari buku yang direview. Buku karya Sam Edy ini selain memberikan informasi mengenai 35 buku inspiratif yang dapat dipertimbangkan untuk dibaca di kala senggang, juga mempunyai nilai tambah lain. Melalui buku ini, secara tidak langsung penulis membagikan informasi mengenai contoh naskah review yang diminati redaktur surat kabar untuk dapat dimuat di korannya. Nah, tunggu apa lagi? Beli bukunya dan belajar menulis reviewmu sendiri, langsung dari ahlinya!